Cara Menghitung Beban Bunga dalam Laporan Keuangan

Cara Menghitung Beban Bunga dalam Laporan Keuangan

Dalam menjalankan sebuah usaha, kebutuhan untuk memahami cara menghitung beban bunga dalam laporan keuangan jadi bagian penting yang perlu diperhatikan. Mengajukan dan mendapatkan pinjaman menjadi salah satu strategi keuangan banyak perusahaan.

Demi bisa memajukan perusahaan, kebutuhan untuk meminjam uang tersebut jadi salah satu langkah yang dilakukan. Dengan meminjam dana yang lebih banyak, perusahaan bisa melakukan ekspansi bisnis agar lebih berkembang lagi di tengah keterbatasan modal.

Cara Menghitung Beban Bunga dalam Laporan Keuangan

Beban bunga jadi komponen yang akan muncul dan menyertai pinjaman di dalam laporan keuangan. Agar beban ini tercatat dengan benar maka harus dihitung secara tepat. Penjelasan mengenai cara menghitung beban bunga tersebut bisa Anda pahami melalui ulasan di bawah ini.

1. Mengenal Beban Bunga

Sebelum memahami cara untuk dapat menghitung beban bunga, Anda harus mengerti terlebih dahulu mengenai pengertian dari beban bunga. Dalam laporan keuangan, beban bunga merupakan beban biaya yang harus dibayarkan kembali dari hasil utang beserta bunganya.

Beban bunga diperoleh dari perhitungan akuntasi baik secara mandiri maupun lembaga keuangan yang memberikannya. Beban bunga dapat memiliki sifat jangka pendek maupun panjang dengan persentase nilai bunga yang berbeda.

Beban bunga jangka pendek dapat ditunjukkan dalam contohnya seperti jalur kredit 6 bulan, pinjaman angsuran, dan juga pembiayaan faktur. Sedangkan beban bunga jangka panjang contohnya seperti pinjaman hipotek yang dilunasi dalam jangka waktu lebih dari 1 tahun.

2. Rumus Perhitungan Beban Bunga

Untuk bisa menghitung nilai dari beban bunga setiap hutang yang dilakukan oleh perusahaan, Anda tentu harus mengerti rumusnya. Perhitungan rumus beban bunga tersebut bisa dikatakan sederhana dan dapat dipahami dengan mudah.

Rumus perhitungannya yakni saldo hutang dikalikan dengan suku bunga. Nilai suku bunga tersebut tentu berkaitan dengan penetapan lembaga keuangan yang memberikan pinjaman terhadap perusahaan.

Dengan mengetahui rumus tersebut, Anda tentu dapat menghitung dengan mudah nilai beban bunga dari setiap hutang yang muncul. Prinsip cara menghitung beban bunga dalam laporan keuangan lewat rumus tersebut harus Anda perhatikan dengan benar.

Contoh Hitung Beban Bunga Pada laporan Keuangan

Agar Anda lebih memahami dengan baik cara untuk bisa menghitung beban bunga, perhatikan secara tepat contohnya. Berikut ini beberapa contoh perhitungan beban bunga yang bisa Anda pahami dengan tepat.

1. Sebuah perusahaan meminjam modal sebesar Rp. 5.000.000.000 dari Bank. Perhitungan beban bunganya menggunakan tingkat bunga tahunan sebesar 5%. Maka cara perhitungannya dengan menggunakan rumus di atas.

Beban bunga = Nilai pinjaman x suku bunga

Beban bunga = 5.000.000.000 x 5%

Beban bunga = 250.000.000

Dengan rumus perhitungan tersebut maka nilai beban bunga dari pinjaman perusahaan pada akhir tahun fiskal perusahaan yakni Rp. 250.000.000. Anda juga bisa menghitungnya sebagai beban bulanan dengan membagi 12.

2. Perusahaan mengambil keputusan untuk mendapatkan pinjaman sebesar 90.000.000 dengan tingkat atau suku bunga sebesar 10%. Cara menghitung beban bunga dalam laporan keuangan setiap kuartal fiskal tersebut dijelaskan di bawah ini.

Beban bunga = 90.000.000 x 10% = 9.000.000

Beban bunga bulanan = 9.000.000/12 = 750.000

Beban bunga setiap kuartal atau 3 bulan yakni Rp. 750.000 x 3 atau Rp. 2.250.000

Selain menggunakan cara bertahap tersebut, Anda juga bisa menghitung nilai beban bunga dengan menambahkan kebutuhan perhitungan setiap tiga bulan, seperti berikut ini.

Beban bunga = 90.000.000 x 10% x 3/12 = 2.250.000

Nilai 3/12 atau 0,25% tersebut diperoleh karena kebutuhan menghitung beban bunga setiap kuartal atau tiga bulan sekali.

Pencatatan Beban Bunga dalam Laporan Keuangan

Selain mengerti mengenai cara menghitung beban bunga dalam laporan keuangan di atas, Anda juga harus memahami secara tepat cara untuk bisa mencatat beban bunga tersebut. Pencatatan beban bunga dalam laporan keuangan memiliki dasar akuntansi akrual.

Akuntansi akrual tersebut merupakan pencatatan pengeluaran yang dilakukan ketika terjadi bukan pada saat Anda melakukan pembayaran. Beban bunga akan dicatat bersamaan ketiak memasukkan nilai pinjaman yang diambil.

Dengan pencatatan akuntansi akrual dalam beban bunga tersebut dapat memberikan gambaran mengenai arus kas yang dimiliki oleh perusahaan. Beban bunga ini termasuk bagian yang akan dicek oleh investor. Dalam laporan keuangan, beban bunga mewakili utang dan masuk di debit.

Contoh pencatatan beban bunga jika perusahaan mengambil pinjaman bank selama 12 bulan sebesar 6.000.000.000 dengan suku bunga 8%. Nilai beban bunganya yakni sebesar Rp. 400.000.000 yang akan dicatat pada bagian debet dan di bagian kredit ada potongan kas sebesar yang sama.

Perbedaan Antara Beban Bunga dan Hutang Bunga

Setelah memahami dengan baik cara menghitung beban bunga dalam laporan keuangan dan contohnya di atas, Anda juga sebaiknya memahami secara tepat perbedaan terhadap hutang bunga. Ada perbedaan dari beban bunga dan hutang bunga yang perlu Anda pahami.

Beban bunga dikatakan sebagai nilai uang yang harus dibayarkan ketika perusahaan mengambil sebuah pinjaman. Beban bunga harus tercatat di dalam laporan laba dan rugi perusahaan setiap akhir periodenya.

Sedangkan hutang bunga sendiri merupakan kewajiban lancar dari bagian pinjaman yang telah jatuh tempo namun belum dibayarkan. Hutang bunga akan dicatat pada neraca keuangan sebagai liabilitas dan jatuh temponya setiap akhir tahun akuntansi atau siklus operasional perusahaan.

Pentingnya Memahami Laporan Keuangan Bagi Pengusaha Termasuk Beban Bunga

Penjelasan mengenai beban bunga yang disebutkan di atas menjadi hal yang penting untuk bisa dipahami perusahaan. Ada banyak istilah keuangan yang perlu diperhatikan sebagian utamanya untuk memberikan gambaran sebuah usaha.

Pengusaha harus mengerti dengan baik terkait dengan laporan laba rugi, neraca keuangan, dan laporan keuangan lain dalam menjalankan usaha maupun ketika akan investasi. Adanya pencatatan beban bunga tersebut menjadi salah satu pertimbangan dalam menilai investasi.

Semakin besar beban bunga perusahaan maka sebagai besar juga pinjaman yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dengan menilai beban bunga maka bisa memperlihatkan beban keuangan yang dialami oleh perusahaan setiap periode perhitungan laporan keuangannya.

FAQ | Pertanyaan Tentang Cara Menghitung Beban Bunga dalam Laporan Keuangan

Apakah beban bunga wajib dicatat pada semua laporan keuangan?

Tidak, beban bunga biasanya lebih banyak dicatat dan diperhitungkan dalam laporan laba rugi yang dibuat sesuai ketentuan perusahaan yakni setiap bulan atau kuartal dan bahkan per tahun.

Apakah setiap perusahaan memiliki nilai beban bunga?

Tergantung apakah perusahaan tersebut melakukan pinjaman untuk kebutuhan operasional maupun pengembangan dari perusahaannya di mana beban bunga akan otomatis muncul ketika ada hutang yang dilakukan perusahaan dalam kebijakan bisnisnya.

Web developer dan content writer yang suka menulis seputar dunia bisnis. Aktif menulis sejak 2005 di berbagai media lokal dan nasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Menarik: